Bisakah Wanita Pascamenopause dengan Kanker Payudara Melewatkan Kemoterapi?

Wanita Melewatkan Kemoterapi - freepik: @pressfoto Wanita Melewatkan Kemoterapi - freepik: @pressfoto

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada perempuan Indonesia dengan kontribusi sebesar 30% dan jumlah penderitanya mengalahkan kanker rahim atau serviks.[1] Kebanyakan pasien yang terserang penyakit ini berada di usia produktif (premenopause) antara 35 tahun hingga 50 tahun. Untuk menyembuhkannya, diperlukan prosedur kemoterapi yang biasanya dianjurkan pada wanita usia produktif. Lalu, bagaimana jika sudah memasuki usia pasca-menopause? Apakah wanita setelah menopause boleh melewatkan kemoterapi?

Pengobatan Kanker Payudara pada Wanita Premenopause

Dilansir dari Harvard Health Publishing, dalam dua dekade terakhir, pengobatan kanker payudara telah disesuaikan dengan kebutuhan terkait terapi hormon dan prosedur kemoterapi. Hal ini dimungkinkan karena subtipe kanker payudara. Kanker payudara telah di-subtipe berdasarkan reseptor pada sel kanker payudara.

Reseptor yang paling signifikan secara klinis yang memiliki terapi bertarget adalah reseptor estrogen dan progesteron dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia 2 (HER2). Kanker yang memiliki reseptor estrogen dan progesteron disebut kanker reseptor hormon (HR) positif.

Masih dari sumber yang sama, perkembangan terapi hormon untuk kanker payudara HR-positif dapat diartikan, wanita yang memiliki risiko kemoterapi lebih besar daripada manfaatnya, mungkin bisa mengabaikan kemoterapi. Untuk mengetahui perbandingan antara risiko dan manfaat kemoterapi, pasien harus melakukan tes genom, yakni tes yang menganalisis gen dalam kanker.

Baca juga:  Gejala, Jenis dan Pengobatan Alami untuk Wasir

Pengetahuan yang semakin mendetail tentang kanker payudara telah mengarah pada pengembangan terapi yang dipersonalisasi. Selain mengetahui jenis dan stadium kanker Anda, pengujian genomik telah menyempurnakan cara dokter untuk menilai risiko kekambuhan kanker payudara.

Wanita Pascamenopause - freepik: @jcomp

Wanita Pascamenopause – freepik: @jcomp

Salah satu tes genomic yang umum adalah Oncotype Dx, yakni alat yang dipakai untuk memprediksikan kanker payudara invasif. Oncotype Dx menganalisis ekspresi 21 gen pada kanker payudara HR-positif, HER2-negatif, dan memberikan skor rekurensi (RS) berdasarkan risiko kekambuhan. Tes Oncotype Dx menempatkan wanita ke dalam tiga kelompok, antara lain risiko kekambuhan rendah, sedang, dan tinggi. Wanita dengan skor rendah tidak memerlukan kemoterapi dan mendapat manfaat paling banyak dari terapi hormon, sedangkan wanita dengan skor kekambuhan tinggi mendapat manfaat paling besar dari kemoterapi, selain terapi hormon.

Jika pengecekan menggunakan Oncotype Dx mampu menjelaskan seberapa besar manfaat kemoterapi pada wanita yang memiliki skor tinggi dan rendah dengan gamblang, nyatanya tidak pada wanita dengan skor sedang. Sebuah uji klinis terkontrol secara acak, yakni uji coba Tailor RX dalam Harvard Health Publishing, tampaknya menjawab segalanya.

Uji coba Tailor Rx ini menganalisis wanita dengan nodus-negatif (kanker yang belum menyebar ke kelenjar getah bening), kanker payudara HR-positif, HER2-negatif dengan skor risiko menengah untuk terapi hormon saja, atau kemoterapi sebagai tambahan untuk terapi hormon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan wanita dengan kanker invasif risiko menengah, tidak mendapatkan manfaat tambahan dengan kemoterapi. Namun, sub kelompok wanita yang mendapat manfaat dari kemoterapi adalah wanita premenopause di bawah usia 50 tahun.

Baca juga:  Review Kelly Pearl Cream Whitening, Krim Wajah Legendaris yang Murah Meriah

Haruskah Wanita Pasca-Menopause Melakukan Kemoterapi?

Hasil uji coba Tailor Rx ini menimbulkan pertanyaan tentang manfaat kemoterapi pada wanita yang kankernya telah menyebar ke kelenjar getah bening mereka dan yang memiliki kanker payudara HR-positif, HER2-negatif. Untuk menjawab pertanyaan ini, penelitian kembali dilakukan dengan metode RxPonder yang menganalisis 5.015 orang perempuan dengan kanker payudara payudara stadium II/III HR-positif, HER2-negatif, dengan satu hingga tiga kelenjar getah bening positif, dan RS menengah (≤ 25).

Pasien diacak untuk menerima terapi hormon saja atau terapi hormon dengan kemoterapi. Ada banyak cara untuk membandingkan wanita dalam penelitian ini, tetapi karakteristik utama yang dipilih untuk perbandingan adalah status menopause, RS, dan jenis operasi ketiak yang mereka terima.

Penyakit Kanker Payudara - freepik: @jcomp

Penyakit Kanker Payudara – freepik: @jcomp

Pada median tindak lanjut selama 5,1 tahun, tidak ada hubungan antara manfaat kemoterapi dan nilai RS antara nol dan 25 untuk seluruh populasi. Namun, ada hubungan yang terlihat antara manfaat kemoterapi dan status menopause. Percobaan ini memberikan bukti bahwa bahkan wanita dengan kanker di kelenjar getah bening mereka, jika mereka memiliki RS rendah atau sedang, dapat menghindari kemoterapi.

Baca juga:  Walaupun Sering Digunakan Untuk Tato Temporer, Henna Hitam Patut Diwaspadai

Dari wanita yang terdaftar dalam percobaan RxPonder, 3.350 peserta adalah pascamenopause dan 1.665 peserta adalah premenopause. Analisis lebih lanjut dengan status menopause mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan dalam kelangsungan hidup lima tahun untuk wanita pascamenopause yang diobati dengan terapi hormon saja, dibandingkan dengan terapi hormon dengan kemoterapi.

Perawatan kanker payudara benar-benar penting untuk mengetahui stadium kanker Anda, tetapi sekarang penting juga untuk mengetahui jenis kanker Anda. Jika Anda seorang wanita premenopause dengan HR-positif, kanker payudara node-positif, kemoterapi dan terapi hormon dapat memberi Anda kesempatan terbesar untuk menurunkan risiko kambuhnya kanker.

Namun, untuk wanita pascamenopause dengan kanker payudara HR-positif, kemoterapi mungkin tidak menambahkan banyak manfaat daripada terapi hormon, dan kemoterapi membawa risiko yang dapat memengaruhi kualitas hidup Anda. Studi seperti uji coba TailorRx dan RxPonder telah memberikan lebih banyak informasi untuk membantu Anda membuat keputusan yang tepat.

[1] Dewi, Gusti Ayu Triara & Lucia Yovita Hendrati. 2015. Analisis Risiko Kanker Payudara Berdasar Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan Usia Menarche. Jurnal Berkala Epidemiologi UNAIR, Vol. 3(1): 12-23.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*