Siswa Sering Mengantuk di Sekolah? Ini Penyebabnya
Tidak sedikit guru yang mengeluh bahwa anak didik mereka banyak yang menguap saat pelajaran berlangsung. Beberapa guru bahkan menganggap kondisi tersebut dikarenakan cara mengajar mereka yang membosankan. Ini sering terjadi di Indonesia, tidak hanya pada tingkat pendidikan di SMA, tetapi juga SD. Namun, ini bukan cuma perkara cara mengajar guru mereka, tetapi karena ada sebab lain yang menjadi pemicu siswa sering mengantuk di sekolah.
Hal ini bisa menjadi sebuah masalah serius, karena jika dibiarkan akan membawa dampak negatif bagi siswa dan para pengajar. Bagi siswa, mereka tidak hanya kehilangan waktu belajar yang efisien, tetapi juga materi yang penting. Untuk guru yang mengajar, mereka juga akan bosan melihat siswanya mengantuk. Sehingga, tak jarang banyak guru yang harus mengeluarkan tenaga ekstra agar siswanya tidak mengantuk.
Kejadian seperti ini ternyata tidak hanya dialami oleh masyarakat di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Bahkan, saat ini sudah banyak penelitian tentang perilaku siswa di sekolah yang mengantuk. Penelitian yang dilakukan tidak hanya melibatkan siswa dan guru saja, tetapi juga orang tua para siswa tersebut.
Studi: Masih Banyak Siswa yang Kurang Tidur
Penelitian baru menunjukkan bahwa hampir sepertiga anak-anak Amerika tidak cukup tidur. Kurangnya tidur membuat anak-anak lebih sulit untuk belajar dan berperilaku baik dalam bermasyarakat. “Penting bagi orang tua untuk mengenali dampak luas dari tidak cukup tidur, dan dampaknya pada pertumbuhan anak. Tidur yang cukup dapat membantu meningkatkan perkembangan anak,” kata penulis studi, Dr. Hoi See Tsao, rekan darurat pediatrik di Alpert Medical School di Brown University, di Providence, Rhode Island.
Sebagai informasi, Anda juga perlu memahami syarat jumlah waktu tidur harian anak maupun siswa. Menurut American Academy of Pediatrics, siswa sekolah menengah harus mendapatkan antara delapan dan 10 jam semalam untuk tidur. Sementara, anak-anak berusia 6 tahun hingga 12 tahun harus tidur pada pukul 9 malam selama 12 jam setiap harinya.
Tsao mengatakan, para peneliti menggunakan jumlah jam minimum untuk setiap kelompok umur. Hal ini juga bertujuan untuk menentukan tidur malam yang cukup dalam penelitian tersebut. Tim peneliti melihat sampel yang representatif secara nasional dari hampir 50.000 anak-anak dan remaja. Orang tua atau pengasuh ditanya tentang kebiasaan tidur anak-anak. Mereka juga ditanya tentang garis warna yang mengindikasikan apakah seorang anak berkembang di daerah-daerah tertentu, seperti mengungkapkan minat untuk mempelajari hal-hal baru serta kemampuan mereka untuk menenangkan diri.
Para peneliti menyesuaikan temuan untuk memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin mengganggu kemampuan anak untuk berkembang, seperti kemiskinan, banyaknya waktu menonton TV, banyaknya waktu bermain komputer, telepon, video game, dan teknologi lainnya. Dalam hal ini, mereka juga memperhitungkan adanya penyalahgunaan atau penelantaran anak dan kondisi kesehatan mental mereka. Hasil dari penelitian tersebut, yaitu lebih dari 36% anak usia 6 tahun hingga 12 tahun mengalami kekurangan tidur, dan 32% siswa sekolah menengah juga mengalami hal serupa.
Efek Negatif Kurang Tidur pada Siswa
Tidak cukup tidur memiliki sejumlah konsekuensi negatif, terutama untuk anak-anak dan remaja. Para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan teman sebaya mereka yang istirahat dengan baik, anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun yang tidak cukup tidur, memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut.
Efek Kurang Tidur untuk Anak Usia 6-12 Tahun
- Peluang 61% lebih tinggi untuk tidak menunjukkan minat atau rasa ingin tahu saat mempelajari hal-hal baru.
- Peluang 45% peningkatan kemungkinan tidak peduli untuk berprestasi di sekolah.
- Peluang 44% lebih tinggi untuk tidak melakukan semua pekerjaan rumah yang dibutuhkan.
Efek Kurang Tidur untuk Siswa Usia 13-17 Tahun
- Peluang 36% kemungkinan lebih tinggi untuk tidak melakukan semua pekerjaan rumah yang disyaratkan.
- Peluang 34% peningkatan kemungkinan tidak menunjukkan minat atau rasa ingin tahu saat mempelajari hal-hal baru.
- Peluang 34% peningkatan peluang untuk tidak bisa tenang dan terkendali saat dihadapkan dengan tantangan.
Suzette Oyeku, kepala divisi pediatri umum akademik di Children’s Hospital di Montefiore, di New York City, mengatakan dia terkejut melihat hanya sepertiga dari anak-anak yang kurang tidur. Menurutnya, kurang tidur adalah permasalahan yang cukup umum. Sebagian besar dari itu adalah waktu yang digunakan untuk TV dan penggunaan teknologi. “Setidaknya, 30 menit sampai satu jam sebelum tidur, semua benda elektronik, seperti TV, komputer, laptop, HP, dan lainnya harus dimatikan atau anak-anak akan mengalami kesulitan tidur,” katanya.
Oyeku mengatakan, penelitian ini memberikan cara berbeda kepada orang tua untuk menjelaskan pentingnya tidur. Tsao setuju, bahwa semua benda elektronik, seperti TV, komputer, laptop, HP, dan lainnya harus dimatikan setidaknya 30 menit sebelum tidur. Dia juga mengatakan agar para orang tua mencoba menyingkirkan TV dari kamar tidur.
Kedua ahli juga menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika diperlukan, ini juga terkait dengan gangguan tidur yang dialami oleh anak Anda. Oyeku mencatat bahwa kadang-kadang kondisi medis, seperti sleep apnea, dapat merusak waktu tidur anak. Inilah pentingnya Anda untuk berkonsultasi kepada dokter anak bila menemukan gejala sulit tidur pada anak. Anda juga bisa berkonsultasi pada dokter mengenai cara yang tepat agar anak Anda mendapatkan waktu tidur yang efektif.
Leave a comment