Pahami Rasa Benci yang Normal di Masa Pernikahan, Tidak Berisiko Perceraian!
Sebagian besar individu sangat mengharapkan pernikahannya berlangsung seumur hidup dengan pasangannya, tetapi tidak sedikit perkawinan yang berujung pada perceraian, yakni kegagalan pasangan suami istri dalam menjalankan perannya masing-masing.[1] Ada banyak faktor yang menjadi alasan orang bercerai dan salah satunya adalah kebencian. Namun, ada rasa benci yang masih normal dan tidak berisiko perceraian, bahkan bisa menjadi bumbu untuk memperpanjang usia perkawinan.
Mengidealkan hubungan Anda bebas dari kemarahan dan pertengkaran adalah hal yang buruk. Ini karena setiap manusia memiliki perbedaan dan sebagai pasangan, kadang memerlukan waktu untuk menerima semua perbedaan itu. Di waktu-waktu tersebut, tak jarang jika Anda merasa cemas, marah, hingga benci terhadap pasangan Anda.
Namun, Anda tidak perlu khawatir, perasaan negatif seperti ini tidak berisiko perceraian jika tidak terlalu parah. Bahkan rasa benci terhadap pasangan di masa pernikahan adalah hal yang normal jika tidak terlalu parah. Lalu, bagaimana rasa benci yang normal dalam masa pernikahan?
Rasa Benci Normal di Masa Pernikahan
Rasa Benci Setelah Bertengkar
Sangat berbahaya jika Anda memiliki pemikiran bahwa pernikahan adalah happy ending seperti dalam cerita dongeng sebelum tidur. Ini realita hidup yang harus dihadapi dengan logika. Tidak semua hal yang ada selama masa pernikahan itu indah, karena setiap orang yang berpasangan memiliki kestabilan emosi yang beragam.
Ada banyak hal sepele yang membuat hari di masa perkawinan Anda menjadi begitu sulit, sehingga Anda membenci pasangan Anda karena tidak sesuai ekspektasi Anda. Ini adalah perasaan yang cukup normal, terutama jika Anda sudah menikah dalam jangka panjang.
“Beberapa orang merasakan emosi lebih intens daripada yang lain setelah bertengkar, sehingga mereka akan merasa benci,” kata Samantha Rodman Whiten, seorang psikolog klinis dan pembawa acara podcast ‘The Dr. Psych Mom Show.’ “Jika perasaan benci mereda setelah beberapa hari hingga minggu, ini tidak berisiko perceraian.”
Biasanya, kebencian perkawinan setelah bertengkar akan cepat berlalu, terutama bagi mereka yang saling mencintai. Ini akan membuat pasangan memahami keadaan mereka, sehingga mereka belajar untuk tidak lari dari masalah rumah tangga. Rasa benci seperti ini dibutuhkan untuk memperkuat hubungan suami istri, sehingga pernikahan akan awet dan berusia panjang.
Rasa Benci Tidak Menyebabkan Frustrasi
Semakin dekat dengan seseorang, semakin besar pula kemungkinan untuk membenci mereka. Ada kalanya, Anda akan menemukan kebiasaan aneh dalam diri pasangan Anda. Ketika Anda belum bisa menerimanya, mungkin akan timbul rasa benci. Namun, ini bukan masalah besar, karena seiring berjalannya waktu, rasa benci itu akan hilang dan Anda mulai terbiasa dengan kebiasaan pasangan Anda.
Umumnya, rasa benci ini diiringi dengan kecewa, marah, dan sedih. Namun, ini adalah hal yang normal dan harus segera diselesaikan supaya tidak menyebabkan frustrasi. Anda juga perlu mengungkapkan rasa benci ini pada pasangan supaya bisa menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.
“Berusahalah untuk mengekspresikan ketidaksenangan Anda sebagai langkah untuk bertumbuh bersama.” kata Ryan Howes, seorang psikolog di Pasadena, California. “Ini juga salah satu kesempatan yang baik untuk semakin memahami pasangan Anda.”
Rasa Benci yang Membuat Saling Rindu
Rasa benci terhadap pasangan biasanya diiringi amarah. Bagi pasangan yang memiliki ego dan gengsi tinggi, mungkin mencari kesalahan sendiri dan introspeksi diri akan sulit. Lebih mudah bagi mereka mencari kesalahan pasangannya. Hal ini mungkin terlihat sulit dicari solusinya, tetapi jika rasa cinta itu masih ada, pasti ada cara untuk menghilangkan rasa benci tersebut.
Pada beberapa pasangan dengan ego dan gengsi tinggi, jika mereka saling membenci, mereka akan menghindar. Sementara rasa cinta masih ada, beberapa pasangan ini akan saling rindu dan ini yang membuat mereka mencoba untuk menurunkan ego mereka. Hasilnya, rasa benci yang mereka rasakan akan tergantikan dengan rasa rindu dan tidak berisiko pada perceraian.
Meskipun rasa benci di masa perkawinan normal, sebaiknya anggap pernikahan sebagai langkah untuk dua orang yang tumbuh bersama. Menikah adalah proses hidup yang penuh dengan pasang surut secara bertahap untuk mempelajari tanggung jawab bersama. Jika Anda sudah menikah, Anda hanya akan melalui perjalanan itu di sebelah orang lain, yang berarti Anda harus bisa memahami pasangan Anda demi mempertahankan usia pernikahan.
[1] Ismiati. 2018. Perceraian Orangtua dan Problem Psikologis Anak. Jurnal At-Taujih Bimbingan dan Konseling Islam UIN Ar-Raniry, Vol. 1(1): 1-16.
Leave a comment