Pfizer dan Merck Rilis Pil Covid, Mampu Atasi Gejala Coronavirus?
COVID-19 merupakan virus yang menginfeksi sistem pernapasan dengan gejala akut yang menyebabkan penurunan pada fungsi paru-paru sebanyak 20% hingga 30%.[1] Untuk mencegahnya, masyarakat dianjurkan melakukan vaksinasi dengan dosis sesuai jenis vaksin yang didapatkan. Sementara vaksin hanya bisa mencegah, sudah ada pil sebagai obat untuk mengatasi gejala coronavirus.
Jenis Pil Covid
Dilansir dari HuffPost, Amerika Serikat membeli obat antivirus yang diklaim mampu mengobati COVID-19 dan bisa didapatkan secara gratis oleh masyarakat. Dikenal sebagai pil Covid, obat ini terdiri dari dua jenis, yakni obat yang dikembangkan Pfizer dan Merck. Meskipun begitu, dua pil tersebut belum mendapatkan persetujuan dari Biden Administration.
Memiliki harapan untuk menyembuhkan pasien pengidap coronavirus, Merck meminta FDA (Food and Drug Administration) untuk melegalkan penggunaan darurat pil Covid mereka yang diberi nama Molnupiravir. Setelah itu, pihak Pfizer menyusul mengajukan otorisasi penggunaan darurat pilnya, yakni Paxlovid.
Hanya ditujukan kepada orang dengan risiko tinggi mengalami komplikasi parah akibat COVID-19, dua pil Covid bisa digunakan oleh lansia dengan kondisi kesehatan khusus atau yang tidak bisa vaksin. Seperti yang kita ketahui, tidak semua orang bisa mendapatkan vaksin coronavirus, misalnya orang dengan tekanan darah tinggi atau setelah mengalami gejala penyakit jantung. Namun, sekali lagi pendistribusian obat ini tergantung FDA.
Rapat pembahasan penggunaan pil yang digagas Merck oleh FDA dijadwalkan pada 30 November 2021. Jika panel merekomendasikan otorisasi dan FDA setuju, obat tersebut bisa diedarkan dalam hitungan minggu. Namun, FDA belum merencanakan apakah pihaknya akan mengadakan rapat serupa untuk mempertimbangkan pil besutan Pfizer.
Indikasi Pil Covid
Indikasi pil Covid selain mengobati coronavirus adalah mencegah penyakit parah yang berdampak kematian pada pasien COVID-19. Meskipun obat ini tidak bisa mencegah gejala infeksinya, tetapi bisa membantu orang-orang yang terpapar virus dan mengalami gejala kronis.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Merck, pil Molnupiravir diperkirakan mampu mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebanyak setengah dari jumlah perkiraan pasien yang ada. Sementara itu, pil Paxlovid dari Pfizer mampu menurunkan risiko kematian hingga 89%. Tergolong obat keras, dua pil Covid itu dimasukkan dalam kategori obat resep yang nantinya akan didistribusikan ke apotek dan bisa dikonsumsi di rumah. Konsepnya tidak seperti obat infus rem sivir yang selama ini diberikan pada pasien COVID-19 dengan gejala kronis.
Seorang ketua dewan penyakit menular dari American Board of Internal Medicine, Erica Johnson, mengatakan, pil Covid juga bisa diberikan pada orang yang terpapar coronavirus di awal untuk mencegah perkembangan gejala penyakit. Hal ini juga bertujuan untuk menurunkan risiko rawat inap pada pasien. “Orang yang menerima pil Covid dalam waktu lima hari dari pertama kali gejala coronavirus muncul bisa disembuhkan. Beberapa orang bahkan tidak perlu mengonsumsinya dalam jumlah banyak,” katanya.
Dalam bidang medis, kabarnya obat antivirus bukanlah hal yang baru. Karena, obat seperti ini digunakan untuk melawan berbagai penyakit yang diakibatkan virus, seperti flu. Cara kerja obat antivirus tergantung dari formulasi khususnya, tetapi umumnya akan memblokir reseptor hingga virus tidak bisa menyerang sel sehat dan viral load seseorang secara otomatis akan menurun.
Karena pil Covid perlu diberikan di awal siklus penyakit seseorang, efektivitasnya sangat bergantung pada pengujian yang cepat dan akurat. Itu berarti, seseorang yang mengalami gejala perlu mendapatkan tes PCR dengan hasil yang cepat untuk mendapatkan pengobatan secepatnya.
Pil Covid Bukan Pengganti Vaksin
Meskipun diklaim ampuh menurunkan risiko kematian, pil Covid bukanlah pengganti vaksin. Vaksinasi COVID-19 terbilang penting, bukan untuk mengobati dan mencegah coronavirus, tetapi mencegah gejalanya membusuk dengan cepat saat Anda terpapar virus. Konon, orang yang sudah vaksin gejalanya lebih ringan dibandingkan orang yang belum vaksin dan ini juga salah satu upaya untuk menurunkan risiko kematian akibat penyakit pernapasan tersebut.
Pil Covid yang disebut sebagai obat COVID-19, sejatinya adalah strategi tambahan untuk membantu mengelola infeksi, tetapi tidak menggantikan nilai vaksinasi. Meskipun begitu, masih diperlukan banyak studi terkait obat ini, terutama apakah obat bisa menimbulkan efek samping setelah penggunaan serta aturan pakai yang tepat. Misalnya, indikasi pil Covid pada ibu hamil dan menyusui atau bagi anak-anak yang belum mendapatkan vaksin.
[1] Wahidah, Indah, dkk. 2020. Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen dan Organisasi UIN Sunan Gunung Djati, Vol. 11(3).
Leave a comment