Enak & Murah, Tapi Mengapa Mie Instan Sulit Dicerna Oleh Tubuh?

Mi instan (unsplash: Fernando Andrade) Mi instan (unsplash: Fernando Andrade)

Mengonsumsi mie instan memang cenderung praktis dan mengenyangkan. Terlebih karena pilihan merek dan rasa dari mi instan terus berkembang dari waktu ke waktu. Akan tetapi, sejak beberapa waktu lalu muncul isu yang menyebutkan bahwa mie instan sulit dicerna. Mengapa demikian?

Mi instan merupakan salah satu perkembangan produk mi yang sudah dimasak terlebih dahulu dengan minyak, dan bisa dipersiapkan untuk dikonsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu sudah ada dalam sepaket mi instan. Mi instan merupakan satu makanan cepat saji yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia.Tercatat sekitar 97,7 triliun bungkus mi dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun 2015.

Mi instan tergolong sebagai makanan yang tinggi kalori,natrium, dan lemak. Mi instan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat, padahal apabila terbiasa mengonsumsi mi instan secara terus menerus akan berpengaruh pada gangguan kesehatan akibat berbagai jenis bahan tambahan pangan ataupun tingginya kandungan yaitu natrium dan kalori dalam mi instan.

Semua masakan yang serba instan kurang baik apabila dikonsumsi secara berlebihan. Kandungan MSG dan garam yang tinggi dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kesehatan. Namun demikian mi instan bukan makanan yang berbahaya apabila bijak dalam mengkonsumsinya. Selain itu proses pengolahan mi instan juga sangat berpengaruh terhadap nilai gizi maupun kandungan dalam semangkok mi instan. Hal ini berkaitan dengan efek mutagenik yang timbul akibat MSG yang dipanaskan. Mi instan perlu pengolahan yang baik dan aman sehingga mi instan yang diolah tidak berbahaya bagi kesehatan saat dikonsumsi.[1]

Baca juga:  Yuk Coba Kelola Rasa Depresi dan Cemas dengan Terapi Aktivasi Perilaku!

Dibalik kelezatan rasa yang diberikan oleh mie instan, terdapat beberapa zat berbahaya yang dapat berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh. Namun banyak orang yang tidak mengetahui bahkan mengabaikan. Mengonsumsi mieinstan dalam jumlah banyak dan jangka waktu yang lama dapat menimbulkan penimbunan zat adiktif yang terkandung dalam makanan instan pada tubuh mereka.

Mie instant belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin, mineral dan serat. Hal yang perlu diingat adalah fungsi pemenuhan kebutuhan gizi mie instant hanya dapat diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran yang dapat ditambahkan adalah wortel, sawi, tomat, kol, atau tauge.

Sumber proteinnya dapat berupa telur, daging, ikan, tempe, atau tahu. Satu takaran saji mie instant berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar 400 kkal, yaitu sekitar 20% dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal. Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mie instant yang dapat mencapai 30% bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.

Mi instan (unsplash: Jeff Siepman)

Mi instan (unsplash: Jeff Siepman)

Mie instant bila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, karena dalam mie instant mengandung bahan-bahan rekayasa yang dibuat agar mie tersebut memiliki rasa yang hampir mirip dengan bumbu yang sebenarnya, walaupun bahan-bahan tersebut diperbolehkan untuk dikonsumsi oleh manusia, tetapi apabila dikonsumsi dalam kurun waktu tertentu dan frekuensi yang cukup tinggi bisa menyebabkan kelainan fungsi.[2]

Baca juga:  Rekomendasi Meses Kiloan yang Enak dan Harganya Terjangkau

Penyebab Mie Instan Sulit Dicerna

Dilansir dari News18 melalui Suara, seorang dokter ahli gastroenterologi Rumah Sakit Umum Massachusetts bernama Dr. Braden Kuo meneliti proses perjalanan mi instan dalam perut manusia. Hasil yang diperoleh pun mengejutkan, lantaran mi instan butuh proses yang lama untuk dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia.

“Hal yang paling mengejutkan tentang percobaan kami ini ketika melihat pada interval waktu. Katakanlah dalam satu atau dua jam, kami melihat mie instan yang diproses di dalam perut tidak terlalu rusak (hancur) dibandingkan mie buatan sendiri,” kata Dr. Kuo.

Menurut Dr. Kuo, dalam mi instan mengandung bahan pengawet Terriary-butyl hydroquinone (TBHQ) yang membuatnya sulit untuk dicerna. TBHQ sendiri adalah zat aditif yang biasa digunakan dalam makanan olahan murah, seperti mi instan dan popcorn instan. FDA menyebutkan bahwa TBHQ tak boleh melebihi 0,02 persen dari kandungan minyak dan lemak makanan.

Baca juga:  Pedoman Diet Baru untuk Bayi dan Balita

Selain itu, dalam sebagian besar produk mi instan juga ditemukan bisphenol A (BPA) yang akan ikut masuk ke tubuh ketika tercampur dengan air panas. BPA itulah yang dapat menghancurkan metabolisme tubuh. Meski demikian, penelitian dari Dr Kuo ini masih perlu riset lebih lanjut untuk memberikan data yang lebih lengkap dan valid.

[1] Qodariyah, N dkk. 2017. Identifikasi Faktor Risiko Gangguan Kesehatan Akibat Konsumsi Mi Instan Pada Mahasiswa Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 5(2): 174-179.

[2] Kencana, D. 2017. Pengaruh Mie Instan Bagi Kesehatan Anak Kos Di Jalan Garuda Induk, Kec. Padang Utara, Kota Padang [Skripsi]. Padang (ID): Universitas Negeri Padang.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*


%d blogger menyukai ini: