Bayi Alergi Susu Sapi, Apa yang Harus Dilakukan?

Ilustrasi: bayi minum susu Ilustrasi: bayi minum susu

Susu merupakan salah satu bahan pangan terpenting bagi bayi. Namun jika bayi Anda mengalami alergi terhadap susu sapi, apa yang harus Anda lakukan? Mungkin bagi sebagian besar orang tua baru, akan kebingungan mendapati masalah tersebut. Apalagi jika bayi sudah menunjukkan gejala alerginya, mau tidak mau Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter anak.

Alergi susu sapi pada bayi memang bisa saja terjadi, apalagi jika orang tuanya juga memiliki alergi yang sama. Bisa dibilang, alergi terhadap susu sapi dapat disebabkan oleh faktor genetik. Alergi susu sapi pada bayi juga bisa terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna. Susu sapi yang merupakan protein asing utama dianggap sebagai zat asing yang berbahaya oleh sistem imun bayi.[1]

Jenis Alergi Susu Sapi pada Bayi

Dilansir dari Nutriclub, ASS (Alergi Susu Sapi) dapat berkembang pada anak yang diberi ASI dan formula. Namun, bayi yang mendapat ASI dengan baik (ASI eksklusif) memiliki risiko lebih rendah terhadap ASS dibanding mereka yang diberi susu formula. Hal ini karena bayi yang diberi ASI cenderung tidak mengembangkan alergi makanan, termasuk ASS, dalam bentuk apapun, berbeda dengan mereka yang diberi formula.

Baca juga:  Studi: Hamil di Usia Tua Ternyata Pengaruhi Perilaku Anak

Reaksi ASS dapat muncul sesaat setelah bayi minum susu, bisa beberapa jam setelahnya atau beberapa hari setelahnya. Perlu Anda ketahui, gejala alergi susu sapi pada setiap anak berbeda, namun secara umum mereka akan mengalami sesak napas, batuk, suara serak, sakit perut, muntah, diare, gatal-gatal, bintik atau ruam pada kulit, pembengkakan, sakit kepala, hingga hilang kesadaran.

Bintik merah di kulit bayi (sumber: gezonderleven.com)

Bintik merah di kulit bayi (sumber: gezonderleven.com)

Dilansir dari Harvard Health Publishing, ada dua jenis alergi susu  sapi, yaitu IgE (Immunoglobulin) dan non IgE (non-Immunoglobulin). ASS jenis IgE adalah jenis alergi makanan klasik yang lebih mudah didiagnosis, karena bayi memiliki gejala alergi klasik, seperti ruam, pembengkakan wajah, atau kemerahan. Untuk semakin mempermudah proses diagnosis, Anda juga bisa melakukan tes darah pada bayi Anda.

Sementara itu, ASS jenis non-Immunoglobulin adalah jenis alergi yang lebih sulit untuk didiagnosis dengan pasti.  Bayi dengan alergi susu sapi yang dimediasi non-IgE dapat memiliki berbagai gejala, seperti muntah, kerewelan selama atau setelah menyusui, diare, atau darah di tinja.

Baca juga:  Ini yang Harus Orang Tua Lakukan Saat Remaja dengan ADHD Mengemudi Mobil

Masalah yang membuat ASS non-IgE sulit didiagnosis adalah banyak bayi tanpa alergi bisa muntah, rewel, atau diare, dan ada alasan lain mengapa bayi mungkin memiliki darah dalam tinja, termasuk memiliki luka kecil di anus. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah bayi memiliki ASS non-IgE adalah dengan menghilangkan semua produk susu dari daftar makanan atau minumannya dan melihat apakah bayi menjadi lebih baik tanpa susu.

Setelah beberapa hari tidak mengonsumsi apapun yang berbau susu sapi, perkenalkan kembali susu sapi kepada mereka. Berikan beberapa macam produk berbahan dasar susu sapi, dan lihatlah apa reaksi mereka terhadap susu sapi. Jika selama ini mereka baik-baik saja tanpa susu sapi, kemudian mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi kembali susu sapi, artinya bayi tersebut memang mengalami ASS.

Kabar baiknya, menurut penelitian yang diterbitkan oleh JAMA Pediatrics, tidak banyak anak yang mengalami ASS. Dari hasil penelitiannya, ada sekitar 14% bayi yang dilaporkan memiliki ASS, namun hanya ada sekitar 1% dari kasus tersebut dengan bayi yang benar-benar memiliki ASS.

Baca juga:  Cara Memasak Beras Merah Organik Agar Terasa Lebih Enak

Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi pada Bayi

Ibu menyusui

Ibu menyusui

Meskipun hanya sedikit bayi yang mengalami ASS, bagaimana jika bayi Anda termasuk salah satunya? Pastinya Anda harus selalu sigap ketika si kecil mulai merasa tidak nyaman dengan tubuhnya akibat gejala ASS, sedangkan di sisi lain, lain bayi juga membutuhkan nutrisi yang lengkap.

Pemberian ASI eksklusif wajib diberikan oleh ibu kepada bayinya, meskipun bayi memiliki kondisi ASS. Untuk itu, selama pemberian ASI eksklusif, ibu menyusui disarankan untuk diet. Hindari semua makanan maupun minuman yang mengandung susu sapi selama menyusui. Susu sapi dapat memengaruhi kandungan ASI, sehingga bayi dapat mengalami gejala alergi setelah minum ASI.

Selain itu, Anda bisa memberikan formula jika bayi sudah berusia 6 bulan ke atas. Susu formula yang diberikan pada bayi dengan ASS, harus memiliki label hypoallergenic. Kebanyakan susu formula jenis ini biasanya tidak berbahan dasar susu sapi, produk cenderung berbahan dasar biji-bijian atau kacang-kacangan.

[1] Safri, Mulya. 2008. Alergi Susu Sapi. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 8(1): 47-55.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*