Cara Atasi Coronasomnia, Gangguan Tidur Akibat Pandemi COVID-19

Ilustrasi: insomnia/sulit tidur Ilustrasi: insomnia/sulit tidur

Tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk membentuk dan memperbaiki sel-sel tubuh, serta menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.[1] Namun, saat pandemi Covid-19 menyerang, beberapa orang mengalami gangguan tidur, dan sering disebut coronasomnia dengan gejala berupa insomnia, grinding, dan mimpi buruk. Lalu, bagaimana cara mengatasi gangguan tidur ini?

Gejala dan Efek Coronasomnia

Dilansir dari HuffPost, akhir-akhir ini banyak orang mengalami gangguan tidur akibat pandemi COVID-19. Ada banyak gangguan tidur yang dialami orang saat pandemi, antara lain insomnia, mimpi buruk, grinding atau kedutan, pola tidur tidak teratur, sleep apnea, dan menggertakkan gigi saat tidur.

Seorang psikoterapis bernama Merryl Reichbach mengatakan, banyak orang mengalami mimpi buruk, terutama berkaitan dengan kontaminasi ketakutan berada di tempat umum selama pandemi. Berbagai masalah tidur yang muncul akibat pandemi ini lebih dikenal dengan coronasomnia. Coronasomnia merupakan sebuah fenomena yang nyata dan diperkirakan sekitar 50 hingga 70 juta orang dewasa di Amerika mengalami gangguan tidur ini.

Sebuah tinjauan sistematis yang dilakukan di 39 negara menemukan bahwa sekitar 18% dari populasinya telah mengalami masalah tidur saat pandemi. Ulasan yang sama menunjukkan bahwa 31% tenaga kesehatan profesional dan 57% pasien dengan COVID-19 dilaporkan kesulitan tidur.

Baca juga:  Vulva, Bagian Organ Intim Wanita yang Harus Dijaga Ketat

Asisten profesor Harvard Medical School, Suzanne Bertisch, menjelaskan, insomnia sebagai bentuk gejala coronasomnia dapat memengaruhi tingkat disfungsi seseorang di siang hari. Sebagai contoh, kurang tidur dapat menghambat fungsi kognitif, memperburuk depresi, dan menurunkan daya imun tubuh (mengacu pada kemunduran fungsi/tidak berfungsinya sistem imun tubuh).

Tak hanya itu, gangguan tidur coronasomnia dapat mengembangkan sejumlah masalah terkait kesehatan gigi, mulut, dan wajah. Beberapa gangguan kesehatan tersebut, di antaranya bangun pagi dengan rahang yang tegang, nyeri di wajah, sakit gigi, gigi menjadi lebih sensitif, dan kertakan gigi secara tidak sadar.

Banyak ahli percaya bahwa gangguan tidur ini adalah akibat dari stres kronis dan trauma yang dialami orang selama pandemi. Ketika orang terpapar stresor (pandemi), tubuh akan beradaptasi untuk bertahan. Menurut psikolog, Ernesto Lira de la Rosa, gangguan tidur selama pandemi akibat stres dan trauma adalah bentuk dari pertahanan yang dilakukan fisik dan mental.

Ilustrasi: insomnia/sulit tidur

Ilustrasi: insomnia/sulit tidur

Stres dan trauma yang tercipta dalam tubuh tidak bisa hilang begitu saja. Dengan adanya dua faktor ini, tubuh kita akan tahu kapan harus melawan, berhenti, dan bertahan saat pandemi. Hal inilah yang memicu berbagai gangguan tidur dan membuat tubuh tidak bisa beristirahat dengan baik.

Baca juga:  Apakah Diet yang Dipersonalisasi Baik untuk Penderita Diabetes?

Cara Mengatasi Coronasomnia

Untuk mengatasi coronasomnia, Anda bisa melakukan pendekatan produktif universal dengan menciptakan lingkungan tidur yang baik dan mempraktikkan cara tidur dengan tepat. Sebagai contoh, kurangi penggunaan HP untuk mengakses berita buruk seputar pandemi. Tak hanya itu, Anda harus menjauhkan ponsel dari kamar dan tidak menggunakannya selama 30 menit sebelum tidur.

Cara tersebut akan membuat pikiran Anda lebih tenang dan tidak stres karena memikirkan banyak hal saat pandemi. Jika cara ini belum berhasil, tenangkan pikiran Anda dengan berendam air hangat, mandi air hangat, atau minum minuman hangat sebelum tidur. Beberapa orang juga melakukan teknik pernapasan untuk membuat suasana hati menjadi lebih tenang dan lega. Anda hanya perlu menghirup napas sedalam-dalamnya dan mengeluarkannya lewat mulut secara perlahan. Pada napas terakhir, tahan sebentar dan embuskan secara perlahan. Lakukan ini untuk mencegah dan mengatasi coronasomnia Anda.

Baca juga:  Khawatir ASI Seret? Kapan Boleh Minum ASI Booster?

Bagi beberapa orang, mungkin dua cara ini manjur, tetapi tidak bagi mereka yang memiliki sifat pemikir. Tak jarang, orang-orang seperti ini akan mengalami fase sulit akibat over thinking. Untuk itu, Anda bisa mencoba melakukan hal-hal lain untuk mencegah pikiran negatif bersarang di kepala Anda sebelum tidur. Anda bisa melakukan aktivitas olahraga, mendengarkan musik, atau membaca novel.

Jika Anda masih saja tidak bisa tidur dengan baik dan gejala coronasomnia semakin parah, sebaiknya Anda mengunjungi psikiater. Biasanya, Anda akan dianjurkan untuk melakukan terapi khusus berupa obat-obatan penenang atau olahraga. Salah satu olahraga sederhana yang bisa Anda lakukan di rumah untuk mengatasi gangguan tidur ini adalah senam. Beberapa orang juga melakukan meditasi secara rutin dengan bantuan terapis.

[1] Purwanto, Setiyo. 2008. Mengatasi Insomnia dengan Terapi Relaksasi. Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 1(2): 141-148.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*