Efek Kognitif Penggunaan Ganja Jangka Panjang di Usia Paruh Baya
Ganja (kanabis, marijuana) termasuk golongan zat adiktif yang dulunya dikenal sebagai bahan untuk membuat obat di China. Kendati demikian, penggunaan ganja saat ini cenderung dilarang di banyak negara, termasuk Indonesia. Banyak orang yang menyalahgunakan ganja, sehingga timbul efek samping, seperti efek kognitif yang berdampak jangka panjang di usia paruh baya.
Efek Samping dan Manfaat Penggunaan Ganja
Penggunaan ganja juga dapat memicu timbulnya gejala psikotik yang membuat penggunanya kecanduan dan gejala ini muncul jika takaran atau dosisnya berlebihan. Ciri seseorang terkena efek psikotik ganja, di antaranya mengalami paranoid, berhalusinasi secara visual, dan bertingkah laku aneh.[1] Selain meresahkan di Tanah Air, ganja juga sangat dicemaskan di AS (Amerika Serikat).
Dilansir dari Harvard Health Publishing, pada Juni 2022, ada 37 negara bagian AS telah mengesahkan undang-undang ganja medis dan 19 negara bagian telah melegalkan ganja rekreasi. Ganja telah terbukti bermanfaat untuk berbagai kondisi seperti gangguan kejang pada masa kanak-kanak, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan pada orang dengan HIV/AID.
Di sisi lain, banyak produk makanan dan minuman berbahan ganja meledak di pasaran dengan omzet miliaran dolar. Rata-rata produk pangan ini mengandung rata-rata THC (tetra-9-tetrahydrocannabinol, bahan kimia psikoaktif dan berpotensi adiktif dalam ganja).
Tak hanya produk pakan, beberapa obat medis dan vape mungkin mengandung konsentrasi THC lebih tinggi dan ini yang membuat sebagian orang di AS resah. Apalagi, banyak produk pangan dengan ganja yang diperjualbelikan bebas untuk anak tanpa mencantumkan aturan atau dosis maksimal sajian.
Sementara persepsi publik yang masih awam di AS bahwa ganja adalah zat yang tidak berbahaya, manfaat jangka panjang dan risiko penggunaan ganja masih belum jelas. Namun, satu penelitian mengungkapkan, penggunaan kanabis jangka panjang yang berat dapat memengaruhi kognisi paruh baya.
Bahaya Penggunaan Ganja Jangka Panjang
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam The American Journal of Psychiatry meneliti hampir 1.000 orang di Selandia Baru dari usia 3 tahun hingga usia 45 tahun untuk memahami dampak penggunaan ganja pada fungsi otak.
Tim peneliti menemukan, individu yang menggunakan ganja dalam jangka panjang (selama beberapa tahun atau lebih) dan berat (setidaknya setiap minggu, meskipun mayoritas dalam penelitian mereka menggunakan lebih dari empat kali seminggu) menunjukkan gangguan di beberapa domain kognisi.
IQ pengguna ganja jangka panjang menurun rata-rata 5,5 poin sejak masa kanak-kanak, ada defisit dalam kecepatan belajar, dan kemerosotan proses berpikir dibandingkan dengan orang yang tidak menggunakan ganja. Semakin sering seseorang menggunakan ganja, semakin besar gangguan kognitif yang dihasilkan, menunjukkan adanya hubungan penyebab potensial.
Dampak ganja pada gangguan kognitif lebih besar daripada alkohol atau penggunaan tembakau. Pengguna ganja jangka panjang juga memiliki hippocampi yang lebih kecil (wilayah otak yang bertanggung jawab untuk belajar dan memori). Menariknya, individu yang menggunakan ganja kurang dari sekali seminggu tanpa riwayat ketergantungan tidak memiliki defisit kognitif terkait ganja. Hal ini menunjukkan ada berbagai penggunaan rekreasi yang mungkin tidak menyebabkan masalah kognitif jangka panjang.
Beberapa orang yang mengonsumsi ganja dalam jangka panjang juga dapat mengembangkan kabut otak, menurunkan motivasi, kesulitan belajar, atau kesulitan memusatkan perhatian. Gejala biasanya reversibel, meskipun menggunakan produk dengan kandungan THC yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko mengembangkan gejala kognitif. Lalu, apa yang harus Anda lakukan jika Anda mengalami efek kognitif ganja?
Tips Mengurangi Efek Kognitif Akibat Ganja
Untuk mengurangi efek kognitif terkait ganja, biasanya pusat rehabilitasi dan dokter akan menyuruh pasien untuk secara bertahap mengurangi kadar ganja yang digunakan. Cara ini dilakukan hingga pasien bisa benar-benar berhenti menggunakan ganja.
Supaya ahli medis dapat membantu Anda lebih mudah, bersikaplah terbuka dengan dokter Anda tentang gejala kognitif, karena faktor medis atau kejiwaan lainnya mungkin berperan. Mungkin diperlukan waktu hingga satu bulan sebelum Anda mengalami perbaikan setelah mengurangi dosis Anda, karena ganja dapat tetap berada di dalam tubuh selama dua hingga empat minggu.
Selama proses rehabilitasi hingga seterusnya, cobalah untuk latihan aerobik, melakukan meditasi, dan psikoterapi untuk meningkatkan kognisi jangka panjang yang sebelumnya menurun akibat ganja. Penelitian baru ini hanyalah salah satu dari beberapa penelitian yang menunjukkan ada hubungan antara penggunaan ganja berat jangka panjang dan kognisi.
Namun, penelitian di masa depan diperlukan untuk menetapkan penyebab dan mengeksplorasi bagaimana penggunaan kanabis jangka panjang dapat berdampak pada risiko pengembangan demensia, karena gangguan kognitif paruh baya dikaitkan dengan tingkat demensia yang lebih tinggi.
[1] Aryani, Luh Nyoman Alit. 2017. Gangguan Psikotik pada Penggunaan Ganja (Cannabis) (Laporan Ilmiah). Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Leave a comment