Apa Dampak dan Tanda-Tanda Abusive Relationship?
Masa remaja adalah masa yang menyenangkan, apalagi jika Anda memiliki kekasih. Pacaran memang bukan hal yang tabu lagi untuk saat ini, apalagi hal tersebut bisa dinilai sebagai proses pengembangan diri. Meskipun begitu, tidak semua hubungan dengan kekasih menjadi baik dan mudah, tak jarang orang malah terjebak dengan abusive relationship.
Abusive Relationship Berisiko Kekerasan
Pacaran merupakan salah satu tugas pengembangan yang penting di masa remaja akhir, karena kedua individu yang berbeda disatukan dengan segala kekurangan dan kelebihan dalam diri masing-masing untuk mewujudkan healthy relationship.[1] Hanya saja, ada kalanya keinginan untuk mencapai healthy relationship tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga akhirnya berujung pada abusive relationship.
Secara umum, abusive relationship merupakan sebuah hubungan yang disertai dengan tindakan kekerasan yang sengaja dilakukan dan ditujukan kepada pasangan. Dilansir dariĀ Harvard Health Publishing, abusive relationship dapat menyebabkan kasus intimate partner violence (IPV) atau bisa disebut dengan kekerasan pasangan intim.
Kasus IPV nyatanya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti Amerika. Di Amerika, kasus IPV sangat umum dan merugikan satu dari empat wanita dan satu dari 10 pria. Orang terkadang berpikir bahwa hubungan yang melecehkan hanya terjadi antara pria dan wanita. Namun, kekerasan ini dapat terjadi di antara orang-orang dengan jenis kelamin dan orientasi seksual apa pun.Mengalami pelecehan saat pacaran bisa membuat orang merasa terisolasi dan putus asa.
IPV bukan hanya berupa pelecehan fisik seperti ditendang atau dicekik, tetapi juga pelecehan emosional, psikologis, dan seksual. Selain itu, kasus IPV juga mencakup ancaman untuk menyakiti, menguntit, mengontrol perilaku seperti membatasi akses ke rekening bank dan membatasi untuk bertemu keluarga (anak) dan teman Anda.
Tanda Abusive Relationship dan Cara Mengatasinya
Untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar mengalami abusive relationship, mereka harus pergi ke dokter untuk melakukan visum. Ini sangat penting sebagai bukti sekaligus dokumen untuk terlepas dari hubungan yang kurang baik dengan pasangan Anda. Ahli medis seperti dokter atau perawat nantinya akan menilai apakah benar kasus IPV yang pasien alami dapat memengaruhi kesehatannya atau tidak.
Trauma IPV dapat menyebabkan gejala terlihat seperti memar atau bekas luka dan gejala yang lebih halus, antara lain sakit perut, sakit kepala, sulit tidur, atau gejala cedera otak traumatis. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi kesehatan secara psikologis atau kejiwaan pasien, biasanya ahli medis akan memberikan rujukan ke psikiater (jika diperlukan).
Dengan persetujuan Anda, ahli kesehatan dapat mengambil riwayat rinci, memeriksa Anda, dan mendokumentasikan temuan ujian dalam catatan medis rahasia Anda. Beri tahu mereka jika Anda khawatir pasangan Anda akan melihat rekam medis Anda, sehingga hasil rekam medis akan aman. Dokumentasi ini dapat membantu memperkuat kasus pengadilan jika Anda memutuskan untuk mengambil tindakan hukum di masa mendatang.
Selain itu, pasien trauma IPV mungkin berisiko mengalami kehamilan atau infeksi menular seksual (IMS) tertentu. Sehingga, tak jarang ahli medis akan melakukan tes IMS dan kehamilan pada pasien sebagai cara untuk mengendalikan kelahiran di masa mendatang.
Jika terbukti Anda mengalami trauma IPV, maka pihak medis akan menawarkan bantuan dalam pengembangan rencana keselamatan, khususnya bagi Anda yang merasa tidak aman. Mereka akan membantu Anda dengan cara menghubungkan Anda dengan layanan sosial, layanan hukum, dan pengacara jika dibutuhkan. Jika Anda mau, pihak kesehatan juga bisa menghubungkan Anda dengan penegak hukum untuk mengajukan laporan terhadap pasangan Anda.
Terlepas dari abusive relationship memang tidak mudah, apalagi Anda harus berhadapan dengan orang yang Anda cintai. Kebanyakan orang tidak bisa lepas dari hubungan tersebut karena beberapa alasan, antara lain rasa takut karena ancaman, rasa cemas akibat tuntutan, terlalu menjaga imej, dan merasa putus asa untuk mendapatkan cinta yang baru.
Semua alasan tersebut harus Anda tepis jika ingin lepas dari abusive relationship. Selain itu, jangan tutupi diri Anda ketika mendapatkan pelecehan atau kekerasan dari pasangan Anda. Utarakan semua hal ini kepada keluarga dan teman. Mereka adalah orang-orang yang Anda butuhkan untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat. Keluarga dan teman juga akan mendukung dan memotivasi Anda untuk bangkit dari trauma IPV.
[1] Widiyanti, Primasari Defrina Ramadani. 2012. Studi Kasus Mengenai Decision Making untuk Keluar dari Abusive Relationship pada Remaja Akhir. Calyptra Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.1(1): 1-10.
Leave a comment