Orang Tua Wajib Waspada! Ini Bahaya Susu Kambing untuk Bayi

Susu segar (sumber: prevention.com) Susu segar (sumber: prevention.com)

Susu kambing adalah cairan putih yang dihasilkan oleh binatang ruminansia dari jenis kambing-kambingan (Capriane). Bangsa binatang ini mulai menghasilkan susu sejak masa laktasi pertama, yakni kambing mulai mengeluarkan susu setelah melahirkan untuk pertama kalinya. Dewasa ini penggunaan susu kambing untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan, dan membantu penyembuhan berbagai jenis penyakit mulai banyak dilakukan masyarakat.[1] Bahkan, ada juga sebagian orang yang memberikan susu kambing untuk bayi. Lantas, adakah bahaya dari susu kambing untuk bayi?

Manfaat susu kambing sangatlah luar biasa, selain dapat membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit maupun perawatan tubuh serta menjaga stamina, susu kambing juga dapat membantu meningkatkan kemampuan reproduksi, menjaga tumbuh kembang janin, membantu proses persalinan normal, meningkatkan kualitas ASI, membantu organ pencernaan balita, meningkatkan berat badan serta daya tahan tubuh balita agar tahan terhadap perubahan cuaca maupun makanan yang mengandung pengawet, yang dapat memicu alergi pada balita.

Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumnya kambing Peranakan Etawa yang menjadi salah satu ternak indigenous dan memiliki potensi genetik yang tinggi sebagai penghasil dwiguna (daging dan susu). Akan tetapi, masih lebih dominan sebagai sumber daging jika dibandingkan dengan sumber susu, karena susu kambing belum banyak dikonsumsi secara Iuas oleh masyarakat seperti susu sapi.

Baca juga:  Apakah Bubur Milna Goodmil Efektif Sebagai Penambah Berat Badan Bayi?

Meskipun masyarakat Indonesia masih belum banyak mengonsumsi susu kambing, diduga alasan utama karena aroma dari susu kambing itu sendiri. Namun sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti; asma, TBC, alergi, dan kanker sudah mulai berpindah untuk lebih memilih mengonsumsi susu kambing.[2]

Susu kambing sendiri kabarnya dapat diberikan pada balita, yakni yang telah berusia di atas 6 bulan atau lebih. Hal ini diungkapkan oleh dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter. “Susu kambing boleh-boleh saja diberikan pada balita setelah usianya lebih dari 6 bulan. Beberapa penelitian bahkan mengatakan bahwa susu kambing lebih ‘bersahabat’ soal alergi dibandingkan susu sapi. Jadi, jika ada balita alergi susu sapi, bisa jadi balita itu tidak alergi terhadpa susu kambing,” kata dr Dyan.

Susu kambing & ASI

Susu kambing & ASI

Agar lebih jelas, berikut kami rangkum perbandingan nutrisi ASI dan susu kambing berdasarkan data dari LPPM IPB.

Perbandingan Nutrisi ASI dan Susu Kambing

Komponen ASI Kambing
Protein (g)  1.2  3.3
kasein (g)  0.4  2.5
Laktalbumin (g)  0.3  0.4
Lemak (g)  3.8  4.1
Laktosa (g)  7.0  4.7
Nilai-Kalori (Kcal)  71  76
Mineral (g)  0.21  0.77
Kalsium (mg)  33  130
Fosfor (mg)  43  159
Mg (mg)  4  16
K (mg)  55  181
Na (mg) 15  41
Fe (mg)  0.15  0.05
Cu (mg)  0.04  0.04
I (mg)  –  0.021
Mn (mg)  0.07   8
Zn (mg)  –  0.38
Vitamin A (I.U.)  160  120
Vitamin D (I.U.)  1.4  2.3
Thiamine (mg)  0.017  0.05
Riboflavin (mg)  0.04  0.12
Nicotinic Acid (mg)  0.17  0.20
Pantothenic Acid (mg)  –  0.35
Vitamin B6 (mg)  –  0.035
 Folic Acid (mcg)  0.2  0.2
 Biotin (mcg)  0.4  1.5
Vitamin B12 (mcg)  0.03  0.02
Vitamin C (mg)  4.0  2.0
Baca juga:  5 Seleb Indonesia yang Kuliah di Luar Negeri Demi Pendidikan

Meski mengandung cukup nutrisi, pemberian susu kambing untuk anak, khususnya bayi perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Pasalnya, susu satu ini kemungkinan berefek negatif untuk buah hati Anda.

Ilustrasi: memerah susu kambing (sumber: firstcry.com)

Ilustrasi: memerah susu kambing (sumber: firstcry.com)

Bahaya Susu Kambing untuk Bayi

Di banyak negara susu kambing digunakan secara luas untuk minuman bayi; di Amerika Serikat, penggunaannya terbatas pada penatalaksanaan alergi susu sapi.

Walaupun komposisinya serupa dengan susu sapi, susu kambing mengandung lebih sedikit natrium, lebih banyak kalium dan klorida dan lebih banyak asam linoleat dan arakhidonat. Lemaknya mungkin lebih mudah dapat dicernakan dan tegangan dadihnya lebih rendah daripada yang terdapat pada susu sapi. Vitamin D, besi, dan asam folat rendah, bayi yang semata-mata minum susu kambing rentan terhadap anemia megaloblastik karena defisiensi folat. Karena kambing terutama rentan terhadap bruselosis, susunya harus dipanaskan sebelum digunakan.[3]

Baca juga:  Bagaimana Cara Mendidik Anak Agar Tidak Rasis?

Selain itu, profesor pediatri, kebidanan dan ginekologi, Dr. Ruth Lawrence juga menekankan tentang pentingnya keseimbangan gizi bagi bayi. “Susu kambing tidak disarankan untuk bayi karena tidak memiliki cukup zat besi, folat, vitamin C dan D, thiamin, niacin, vitamin B6, dan asam pantotenat untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Bayi yang tidak mendapatkan cukup zat besi atau vitamin B dan mereka bisa mengembangkan anemia,” jelas Ruth, seperti dilansir dari People melalui JPNN.

[1] Moeljanto, RD & Bernardinus TWW. 2002. Khasiat & Manfaat Susu Kambing: Susu Terbaik Dari Hewan Ruminansia. Jakarta: Agromedia, hlm 5.

[2] Dewi, R. 2018. Analisis Kandungan Zat Gizi Dan Total Uji Cemaran Susu Kambing Peranakan Etawah Yang Dikonsumsi Oleh Ibu Hamil Dan Anak-Anak. Media Farmasi. XIV(1): 134-139.

[3] Behrman, dkk. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Samik W, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm 200.

Leave a comment

Your email address will not be published.


*