Waspada Bahaya PFAS dalam Produk Pakan dan Kosmetik Berisiko Kanker
Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat telah mengumumkan sejumlah zat berbahaya dari golongan perfluoroalkyl dan polyfluoroalkyl yang dikenal sebagai PFAS sangat berbahaya untuk kesehatan. Kerap dijumpai di produk makanan, minuman, hingga kosmetik, PFAS diklaim berisiko kanker dan penyakit kronis lainnya.
Apa Itu PFAS?
Pengumuman EPA mengenai dua zat berbahaya tersebut dirilis pada Rabu (15/6). PFAS adalah bahan kimia buatan laboratorium yang telah digunakan selama beberapa dekade dalam produk rumah tangga, seperti peralatan masak dan kain anti noda.[1] Fungsi penggunaan PFAS adalah untuk memperkuat bahan alat masak dan kain dari panas, serta mengubah sifatnya menjadi anti lengket dan licin.
Namun, saat ini, PFAS sudah banyak ditemukan di produk pembungkus makanan cepat saji. Semakin berkembang, PFAS juga ditemukan pada produk kosmetik, air minum, dan makanan. Sering disebut sebagai bahan kimia kekal, PFAS tidak bisa terurai dan sulit didaur ulang. Bahaya dari penggunaan PFAS yang tidak tepat, dikhawatirkan bisa mengendap dalam tubuh seiring berjalannya waktu. Inilah yang menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.
Potensi Risiko PFAS terhadap Kesehatan
Penumpukan PFAS di dalam tubuh tanpa adanya solusi atau penanganan yang tepat, dikaitkan dengan masalah tiroid, masalah imun, penurunan berat badan lahir, dan berbagai jenis kanker. Dilansir dari SehatQ, PFAS juga dikenal mampu menyebabkan cacat lahir pada bayi, penyakit hati, dan gangguan hormon. Sementara itu, CDC (Centers for Disease Control and Prevention), mengaitkan PFAS dengan penurunan kesuburan dan penyakit asma.
Untuk itu, penasihat kesehatan baru EPA mengatakan, bahan kimia PFAS menimbulkan risiko kesehatan, bahkan di tingkat rendah pada produk air mineral kemasan. Pedoman EPA juga merekomendasikan tingkat paparan seumur hidup terbatas pada dua bahan kimia PFAS paling umum yang dikenal sebagai PFOA (asam perfluorooctanoic) dan PFOS (perfluorooctane sulfonate) mendekati nol, masing-masing 0,004 bagian per triliun dan 0,02 bagian per triliun. Ini adalah pengurangan drastis dari nasihat kesehatan badan 2016 yang ditetapkan 70 bagian per triliun.
Tingkat saran yang diperbarui, yang didasarkan pada penelitian terbaru dan mempertimbangkan paparan seumur hidup, menunjukkan bahwa beberapa efek kesehatan negatif dapat terjadi dengan konsentrasi PFOA atau PFOS dalam air yang mendekati nol dan di bawah kemampuan EPA untuk mendeteksi saat ini. Semakin rendah tingkat PFOA dan PFOS, semakin rendah risikonya terhadap kesehatan masyarakat.
“Orang-orang dengan kontaminasi PFAS telah menderita terlalu lama,” kata Administrator EPA Michael Regan kepada jurnalis Web MD. “Itulah mengapa EPA mengambil tindakan agresif sebagai upaya untuk mencegah bahan kimia ini mencemari lingkungan.”
Melalui Undang-Undang Infrastruktur Bipartisan Presiden Joe Biden, EPA pada hari Rabu (15/6) juga mengundang negara bagian dan teritori untuk mengajukan dana hibah sebesar USD1 miliar untuk membantu masyarakat yang terkena dampak kontaminasi PFAS. Pendanaan ini akan menjadi yang pertama dari USD5 miliar yang dikeluarkan dari 2022 hingga 2026. Upaya ini dilakukan sebelum pengesahan yang diusulkan oleh EPA untuk peraturan PFAS lebih lanjut, yang akan dirilis pada musim gugur 2022.
“Tidak ada yang perlu khawatir tentang keamanan air minum mereka,” kata Melanie Benesh, pengacara legislatif Kelompok Kerja Lingkungan, dalam sebuah pernyataan. “Tingkat saran yang diusulkan ini menunjukkan bahwa kita harus bergerak lebih cepat untuk mengurangi paparan bahan kimia beracun ini.”
Senyawa Berbahaya Lain Setara PFAS
Ketika mengumumkan aturan barunya, EPA juga mengeluarkan peringatan kesehatan pertama kali untuk dua senyawa PFAS tambahan. Senyawa tersebut adalah PFBS (asam sulfonat perfluorobutana dan garam kaliumnya) dan bahan kimia GenX (asam dimer hexafluoro propilen oksida dan garam amoniumnya). Dua senyawa itu dianggap sebagai pengganti PFOA dan PFOS.
“Tingkat saran kesehatan GenX dan PFBS jauh di atas tingkat deteksi, berdasarkan analisis risiko dalam studi ilmiah baru-baru ini,” kata Regan.
Meskipun produksi PFOA dan PFOS telah menurun sejak tahun 2002, dan CDC memperkirakan bahwa tingkat PFOA dan PFOS dalam darah telah menurun antara tahun 1999 dan 2014, Institut Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan memperkirakan bahwa hampir semua orang Amerika (97%) memiliki beberapa tingkat PFAS dalam darah mereka.
[1] Buck, C., Robert, dkk. 2011. Perfluoroalkyl and Polyfluoroalkyl Substances in the Environment: Terminology, Classification, and Origins. National Library of Medicine, Vol. 7(4): 513-541.
Leave a comment