Apakah Benar Wanita Cenderung Lebih Mudah Kecanduan Daripada Pria?
Anda mungkin masih ingat tentang penyanyi Whitney Houston? Penyanyi wanita tersebut beberapa waktu lalu ditemukan sudah tidak bernyawa di apartemen pribadinya. Penyebabnya karena overdosis. Beberapa orang heran, mengapa ketahanan tubuh terhadap obat-obatan itu menjadi lebih baik ketika karier sedang dalam kondisi tidak baik dan semuanya terlihat berantakan?
Menurut seorang psikolog dan ahli menangani kasus kecanduan, Gregg Jantz, mengatakan bahwa hal itu yang disebut kecanduan. Kata ‘kecanduan’ berasal dari Bahasa Latin yang berarti memperbudak.
Apapun yang menyenangkan, mulai dari sentuhan, makanan lezat, hingga obat-obatan dapat memberikan stimulasi yang berakibat pada pelepasan zat kimia yang disebut dopamine di bagian otak yang dikenal sebagai nucleus accumbens. Penyalahgunaan obat-obatan dan kecanduan lainnya bisa memicu gelombang dopamin yang sangat kuat.
Pemaparan berulang kali terhadap zat atau perilaku adiktif dapat menyebabkan sel-sel saraf di nucleus accumbens dan prefrontal cortex (area otak yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas) untuk berkomunikasi dengan cara yang berhubungan dengan sesuatu yang diinginkan. Proses ini memotivasi seseorang untuk mencari sumber kesenangan.
Meskipun pria lebih mungkin untuk menjadi kecanduan obat-obatan atau perilaku berbahaya dibandingkan wanita, namun kaum wanita yang memiliki kecanduan akan menghadapi tantangan lebih berat. Wanita cenderung berkembang lebih cepat dalam menggunakan zat adiktif sehingga menjadi ketergantungan. Mereka cenderung merasa lebih sulit untuk mematahkan kecanduan daripada pria, lebih rentan untuk kambuh, dan mengembangkan konsekuensi medis atau sosial kecanduan mereka lebih cepat.
Ada sebuah penelitian yang termuat dalam makalah yang berjudul The Formative Years Pathways to Substance Abuse Among Girls and Young Women Ages 8-22. Dalam hasil penelitian juga diketahui bahwa jika seorang wanita memakai salah satu jenis zat adiktif, nantinya ada kemungkinan besar bakal mengkonsumsi zat-zat adiktif lainnya. Semisal alkohol, rokok, dan berbagai jenis narkotik. Kecenderungan ini lebih besar dari pria.
Sementara itu, presiden Center on Addiction and Substance Abuse (CASA), Joseph A. Califano Jr mengungkapkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan besarnya kecenderungan tersebut. Menurut Califano, kaum perempuan secara psikologis mudah terserang depresi dibanding laki-laki. Tidak hanya itu, kaum wanita pun cenderung memiliki kebiasaan makan yang buruk dan lebih rentan terhadap penyiksaan fisik dan seksual. Semua faktor tersebut bisa meningkatkan kecenderungan wanita menggunakan zat adiktif.
Califano menambahkan bahwa kaum hawa juga cenderung merasakan efek lebih parah akibat ketergantungan tersebut. Karena wanita lebih mudah mengalami depresi dibanding pria. Kecenderungan bunuh diri kaum wanita pecandu lebih tinggi dibanding laki-laki. Menurutnya, secara fisiologis, paru-paru wanita lebih mudah rusak jika ia merokok. Tak hanya itu, otak kaum wanita juga lebih mudah rusak jika kecanduan alkohol.
Dampak dari ketergantungan zat adiktif secara sosial pada perempuan lebih mengerikan. Wanita pecandu narkoba lebih mudah terlibat dalam aktivitas seksual berisiko tinggi. Sebagai contoh, dalam kondisi kecanduan, wanita bisa berhubungan seksual dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali tanpa menggunakan pelindung.
Penyebab Wanita Mudah Kecanduan Narkoba
Sebenarnya, apa yang membuat kaum wanita mudah untuk kecanduan narkoba? Berikut beberapa penyebabnya.
Trauma sosial
Rasa trauma menjadi penyebab tertinggi perempuan menggunakan narkoba. Trauma itu bisa berkaitan dengan trauma sosial, masalah pribadi, budaya dalam keluarga. Misalnya, adanya perilaku seks menyimpang, keluarga broken home, kekerasan fisik, dan juga ada perasaan keterasingan diri.
Psikologis
Banyak pengguna narkoba yang awal mulanya hanya coba-coba akibat ikut-ikutan atau sebagai bentuk pelampiasan dari persoalan psikologis yang dialami seperti pengalaman emosional, sedih dan amarah yang berlebihan, rasa bersalah, rasa kosong, dan kesepian. Pemakaian narkoba dianggap mampu mematikan emosi, melarikan diri dari masalah, rasa sakit, dan ada pula yang menganggap narkoba bisa untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri.
Penyakit mental dan peranan gen
Penyakit mental tertentu dan korelasi antara genetika biokimia obat, juga bisa menjadi pemicu seseorang lebih mudah kecanduan narkoba.
Bagi seorang wanita yang sedang hamil, konsumsi makanan atau obat-obatan, kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut bisa membawa pengaruh terhadap janin. Apabila sang ibu kecanduan narkoba, bukan tidak mungkin anak di dalam kandungan bisa mengalami ketergantungan obat-obatan juga.
Ahli saraf dan terapis okupasi dari Kanada, Kimberly Ann Barthel, BMR, OTR, mengatakan bahwa narkotika bekerja dalam tubuh dengan mengubah besar jumlah hormon. Karena hormon sebenarnya adalah sesuatu yang alami, maka otak akan menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa dan mengolahnya.
Dalam perkembangan bayi di rahim, wanita yang akrab disapa Kim tersebut menjelaskan bahwa kandungan zat narkotik akan terbawa di dalam darah masuk ke bayi lewat tali pusat. Otak akan bicara ‘saya tahu ini apa, saya bisa mengatasinya’. Demikian pula ketika otak bayi menerima bahan kimia itu dan menggunakannya. Bayi mendapat pengalaman yang sama seperti ibunya.
Kim mengatakan bahwa saat kandungan narkotika misalnya kokain yang memberikan tambahan hormon dopamin digunakan oleh bayi, maka otak bayi akan memberikan respons yang sama seperti orang dewasa. Akibatnya, si bayi pun sudah menjadi kecanduan di dalam kandungan. Sehingga, saat nanti bayi lahir, kemudian suplai terputus tiba-tiba, otak bayi akan berpikir ‘ke mana perginya dopamin saya’. Otak akan memutus beberapa reseptor otak untuk beradaptasi dan gejala putus obat bisa muncul pada bayi.
Kecanduan tersebut tidak terbatas hanya pada narkoba saja. Kim menjelaskan bahwa pada intinya semua hal yang bersifat adiksi dapat menimbulkan efek yang sama pada bayi dalam kandungan.
Leave a comment